Rumah Panjang Sungai Utik:





















Rumah panjang Sungai Utik terletak di Dusun Sungai Utik, Desa batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu. Rumah panjang Sungai Utik didirikan pada tanggal 17 – 8 -1978. Rumah panjang tersebut dihuni oleh masyarakat Dayak Iban dengan jumlah penduduk 273 jiwa. Pekerjaan penduduk adalah bertani. Lokasi Rumah Panjang Sungai Utik berjarak sekitar 74 km dari kota Puttusibau.

Jenis Ruang

Ruang dalam Rumah Panjang Sungai Utik dibagi 2 bagian yaitu Ruang Luar dan Ruang Dalam. Ruang Dalam dinamkan Bilik sedangkan Ruang luar dinamakan Ruai.

Ruang Luar

Ruang luar terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

  • Tanju

Tanju berfungsi sebagai tempat menjemur padi dan pakaian. Letak Ruang Tanju adalah di bagian depan Rumah Panjang. Ruang Tanju merupakan ruang terbuka tanpa atap. Lantai tanju terbuat dari bambu yang dirangkai dengan tali rotan.

  • Kaki Lima

Ruang Kaki Lima adalah ruang di sebelah ruang Tanju. Ruang Kaki Lima berfuungsi sebagai ruang sirkulasi dan sebagai tempat bermain bagi anak-anak. Lebar ruang Kaki Lima adalah sekitar 90 – 120 cm. ketinggian ruangan sekitar 200 – 250 cm.

  • Ruai

Ruai berfungsi sebgai tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi para penghuni Rumah Panjang. Ruai juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu.

Sadau Ruai
Sadau ruai merupakan plafond bagian luar. Sadau Ruai berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tikar dan peralatan menangkap ikan. Bilik
Bilik merupakan ruang bagian dalam yang berfungsi sebagai tempat tidur bagi para penghuni Rumah Panjang. Selain sebagai tempat tidur Bilik juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang pusaka seperti gong, guci dan barang-barang pusaka lainnya. Sadau Bilik
Sadau Bilik adalah plafond bagian dalam Rumah Panjang. Sadau Bilik letaknya di atas Ruang Bilik. Sadau Bilik berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tikar, peralatan pertanian yang jarang digunakan. Bagian-bagian di sekitar Rumah Panjang memiliki penamaan-penamaan tersendiri sesuai dengan arah sungai. Bagian depan Rumah Panjang dinamakan Ujung Ruai, bagian belakang Rumah Panjang dinamakan Ujung Bilik, bagian samping kiri dan kanan sesuai dengan arah sungai. Bagian kanan dinamakan Punggang Ulu ( Hulu ) dan bagian kiri Rumah Panjang dinamakan Punggang Ilik ( Hilir ). Bukaan
Pada bagian dalam Bilik pencahahayaan dari atap. Pada bagian bukaan, bahan atap diganti dengan bahan kaca. Lebar bukaan adalah 40 x 60 cm.
Sistem Konstruksi
Tiang
Tiang Rumah Panjang terbuat dari kayu belian dengan ukuran 15 x 15 cm. Tinggi tiang adalah 200 cm. Hubungan tiang dengan balok menggunakan system sambungan pasak dengan pen. Lantai
Lantai bagian luar terbuat dari bambu yang diikat dengan tali rotan. Lantai Rumah Panjang bagian dalam menggunakan papan kayu. Kolom
Kolom Rumah Panjang Sungai Utik menggunakan kayu belian dengan ukuran 15 x 15 cm. Tinggi ruangan adalah 280 cm. kolom biasanya merupakan balok menerus dari tiang pondasi sampai ke atap. Balok
Balok terbuat dari kayu belian. Ukuran balok yang biasa digunakan adalah 10 x 20 cm. hubungan antara balok dan kolom menggunakan system pasak dan pen. Atap
Atap Rumah Panjang Sungai Utik menggunakan atap sirap. pada bagian-bagian tertentu terdapat bahan kaca yang berfungsi sebagai bukaan pada Rumah panjang. Tangga
Tangga utama pada Rumah Panjang Sungai Utik adalah pada bagian samping kiri dan kanan. Tamu kehormatan biasanya disambut dengan menggunakan tari-tarian dan naik dari tangga samping. (Tim survey rumah panjang kalimantan barat,2008)

8 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. menarik tulisannya,..btw ada yang rada mengganggu,..rupanya kehidupan modern telah merambah rumah tradisonal ini,..hhehehe,..baru liat fotonya aja ada yg gak klop atau gak harmonis,..tahu nggak apa? hehhehe ada parabola nangkring di atapnya,..ckckckkck,....perdaaban cepat sekali sampai,..
    tapi aku suka,..jadi tahu ttg rumah adat di sana,..yg aku sendiri belum pernah ke sana,...

    BalasHapus
  5. Nisya..hal tsb tdklh menjadi aneh ketika segala infrastruktur pemerintah belum menyentuh mereka..akan ttpi mereka berusaha utk tdk menjadi terisolir dan terus menjadi org yg termarjinalkan..mungkin org2 kota melihat adanya parabola, panel surya di atap2 mereka sbg tanda bahwa mereka mulai terkikis oleh budaya komersilsasi dimana berlomba2 untuk menjadi org yg paling MELTEK (melek teknologi)..padahal sesungguhnya alat2 tsb merupakan pilihan terakhir bagi mereka dmana gak sesentipun kawat listrik pemerintah lewat t4 mereka,atau pasokan minyak tanah untuk penerangan rumah mereka..atw mereka rela memasang payung alumunium d atap rumah mereka yg hanya untuk melihat bagaimana wujud dunia luar itu..dan juga ingin tahu, untuk apa saja SDA mereka yg d keruk pusat utk pembangunan jalan2 tol dan gedung megah yg harmonis dgn perangkat2 komunikasinya nun jauh d sana..dan utk melihat itu, mereka sekampung rela menyisihkan hasil berladang hanya utk melihat satu siaran TV yg bernama TVRI dan itu tdk lebih..

    BalasHapus
  6. hahahha,.. lama juga jawabnya,.. mpe lupa pernah nanya ini,...ehmm,.. apa itu tidak mempengaruhi budaya asli mereka sejauh ini? mungkin kamu bisa kasih tahu aku sejauh apa pengaruh teknologi itu merubah pola pikir mereka,. atau mereka hanya nambah pengetahuan tapi adat budaya masih utuh terpegang,... kalo dari hasil pengamatanmu dech,...
    atau lebih bagus lagi kalau ada contoh konkretnya,untuk gambaran kondisi di sana sekarang ini,.. (maaf ya nanyanya begini,.. karena aku gak pernah pergi2 ke tempat yg jauh begitu,..}

    BalasHapus
  7. perubahabn pasti ada..budaya tetap ..gk ad yg berubah...bs dilihat dr masyarakat adat yg lainnya yg tinggal d perkotaan..bahkan para pejabat publik daerah..mereka ttp pada adatnya..sangat ketat dan taat malah..utk contoh kongkrit bs km search aj sendiri, atw km datang dan liat lsg sendiri..

    BalasHapus
  8. bang, numpang SEDOT isi sama linknya yak. untuk tugas PPKN.
    link saya cantumkan kok, abang tenang aja.
    :D

    BalasHapus